SENDANGAGUNG, ERA SANG PRABU BRAWIJAYA MAJAPAHIT
Konon pada suatu ketika Prabu Brawijaya kebingungan karena keris Kiai Sengkelat raib dari kerajaan. Maka diutuslah Empu Supo untuk mencari sampai ketemu.
Sebagai “ penderek “ setia, Empu Supo kemudian mengadakan perjalanan siang-malam dari satu daerah ke daerah lain sambil bertanya-tanya mengenai keberadaan keris tersebut. Akhirnya dia sampai ke Blambangan ( Banyuwangi ) dan mengganti nama sebagai Empu Koso. Dia terus mencari informasi sampai mendengar kabar Bupati Blambangan yang sedang berkuasa memiliki sebilah keris mirip Kiai Sengkelat.
Kemudian terdengarlah kesohoran Empu Koso ( Empu Supo ) dalam membuat keris kepada bupati Blambangan, lantas Bupati memanggilnya dan meminta agar memperbaiki sebilah keris yang sudah rusak. Ternyata keris tersebut tak lain adalah Kiai Sengkelat yang selama ini dicarinya.
setelah dia melihat sendiri keris tersebut, Empu Koso sangat kaget namun dia menahan diri dan menyatakan sanggup memperbaikinya. Dia (Empu Koso) bahkan mengatakan “ sebaiknya Kiai Sengkelat dibuat duplikatnya tiga bilah untuk menghindari terjadinya kerusakan atau hilang dan dia sendiri menyimpan yang asli,” sang Bupati pun mengiyakan saran dari Empu Koso tersebut. Konon Keris Kiai Sengkelat yang asli di masukkan ke dalam jasad wadaknya, untuk dikembalikan kepada Prabu Brawijaya.

Pesarean Empu Supo Di Bukit Surowiti, Panceng
Sang Bupati terkesan dengan hasil kerja Empu Koso yang mampu membuat keris menjadi mulus, begitu pula duplikatnya. Sebagai ungkapan terima kasih, Empu Koso dinikahkan dengan perawan Blambangan. Statusnya juga naik dan mendapat gelar Pangeran Sendang Sedayu.
Misi pencarian Keris Kiai Sengkelat telah selesai, Empu Supo kembali ke Majapahit untuk mengahadap Sang Prabu Brawijaya. Sesampainya di kerajaan, Empu Supo mengembalikan keris Kerajaan tersebut kepada Prabu Brawijaya. Atas jasa dari Empu Supo tersebut, maka diberilah hadiah berupa sebidang tanah di daerah Sendang Sedayu, yang wilayahnya meliputi Sedayu Lawas ( Kecamatan Brondong ) membentang ke timur hingga Sendang ( Sendang Komplek – Sendangagung dan Sendangduwur ) dan menjadi penguasa di daerah tersebut yang bebas pajak ( tanpa bayar upeti kepada kerajaan ) dan dianugerahi gelar kebangsawanan kerajaan dengan gelar Pangeran. Maka daerah bebas pajak tersebut dikenal zaman itu dengan sebutan Sendang Sedayu.
Ketika diruntut dari Peristiwa tersebut, Sendang Sedayu ada sebelum kedatangan R.Noer Rohmat ( Sunan Sendang ) ke Bukit Amintunon ( Sendang Komplek – Sendangagung dan Sendangduwur ), sebagai bagian dari kerajaan Majapahit era Brawijaya dan Penguasa wilayah tersebut adalah Empu Supo atas jasa beliau mampu menemukan kembali pusaka kerajaan Keris Kiai Sengkelat Prabu Brawijaya tanpa ada huru-hara. Walhasil sejarah Sendang Komplek , terlebih Desa Sendangagung tidak bisa lepas dari sejarah Ketokohan Empu Supo. (el) diolah dari berbagi sumber



















Maju terus desaku.
Assalamualaikum… Kang mohon dimuat reportase makam2 tua di desa Sendang. Seiring dengan banyak menghilangnya tenger (nisan)makam tua di desa kita perlu kiranya untuk memuat satu rubrik khusus plus poto tengere.
Hal ini sangat berguna buat data dan kenangan. Setidaknya kita tahu model tenger di Sendang itu mengikuti pola Trowulan atau lainnya? Ini setidaknya bisa melacak hubungan syiar Islam di sendang dengan pusat pemerintahan saat itu.
trimakasih atas masukannnya, menjadi perhatian kami