admin – Desa Sendangagung Paciran Lamongan https://sendangagung-lamongan.desa.id Sendangagung Rapakat Mon, 08 Jan 2018 04:53:51 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=4.8.5 https://sendangagung-lamongan.desa.id/wp-content/uploads/2016/02/SENDANGAGUNG-3D-1-150x150.jpg admin – Desa Sendangagung Paciran Lamongan https://sendangagung-lamongan.desa.id 32 32 FESTIVAL BATIK SENDANGAGUNG 2018 https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/08/festival-batik-sendangagung-2018/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/08/festival-batik-sendangagung-2018/#respond Mon, 08 Jan 2018 04:53:51 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1854  

Pemenenag Festival Fashion Show Batik Sendangagung Lamongan 2018

Oleh : Panut Supodo

BUMDesa “SaM” (Sendangagung Makmur) bekerja sama dengan Asosiasi Batik Sendangagung Lamongan “Petik Hasil”, dalam rangka ulang tahun cafe jandom salah satu unit usaha BUMDesa “SaM” Desa Sendangagung menggelar acara bertajuk Festival Batik Sendangagung 2018. Acara tersebut dimulai pada tanggal 6-1-2018 dengan menggelar lomba desain batik yang diikuti 23 peserta dari masyarakat umum. Acara yang diselenggarakan pada malam hari menobatkan Ratna sebagai juara 1, Kholifatul Anif dan Ristiana sebagai juara 2 dan 3.

Pada malam selanjutnya 7-1-2018, diselenggarakan Fashion Show di tempat yang sama yaitu area Cafe Jandom dengan memperagakan karya-karya batik terbaik dan terbaru. Uniknya fashion show dalam kegiatan yang khusus diikuti anggota asosiasi  tersebut seluruh model dan perancang busana adalah pengrajinnya masing-masing.

Tampil sebagai pemenang I adalah batik dengan motif Sekar Ngaremboko karya Zukholis, sedangkan juara II dan III diraih oleh Tety Endahing Warna dengan motif batik Anyaman Bambu dan motif Sekar Jagat karya Imsaroh.

Dari kegiatan tersebut diharapkan dapat sebagai ajang promosi untuk lebih mengenalkan batik-batik yang berasal dari Desa Sendangagung.Yang kedua sebagai sarana asah keterampilan untuk meningkatkan kwalitas desain motif dan desain busana batik Lamongan yang berasal dari Desa Sendangagung. Yang ketiga untuk meningkatkan kepercayaan diri dan daya saing IKM / pengrajin batik. Oleh karenanya diharap kegiatan serupa dapat diagendakan setiap tahun.

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/08/festival-batik-sendangagung-2018/feed/ 0
KETIKA TONO BERJUMPA HANTU https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/04/ketika-tono-berjumpa-hantu/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/04/ketika-tono-berjumpa-hantu/#respond Thu, 04 Jan 2018 02:08:45 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1850

                                                ilustrasi hantu

Oleh : Syafi’ul Mubarok

Aku melihat Tono pucat pasi di kala istirahat. Dan ini bukan yang pertama kali. Cukup mudah bagiku melihatnya. Karena masa istirahat adalah masa dimana seluruh teman – temanku tersenyum. Hanya Tono saja yang memiliki raut berbeda. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Padahal ia bukan tipikal orang yang tertutup. Hanya ketika istirahat saja ia seperti itu.

Sani teman sekelasku juga penasaran apa penyebab wajahnya menjadi demikian kusut. Anehnya ketika guru Matematika kami memberi pekerjaan rumah 3 lembar, ia satu – satunya orang yang tidak protes. Jangan mengira dia adalah murid kesayangan guru. Ridwan sang bintang kelas pun protes mengenai pekerjaan rumah yang semena – mena tersebut. Rasa penasaran itu benar – benar membuatku lapar, ditambah kelas Matematika yang memusingkan.

Aku pun mengajak Sani ke sekedar untuk melepas penat dan mengisi perut yang telah lama keroncongan. “Rumus yang dikasih guru kita membuatku mual”, ungkap Sani di tengah perjalanan ke kantin. “Tapi aku lebih penasaran dengan Tono”, aku terus melihat ke sekeliling siapa tahu ada Tono lewat atau ada kejadian yang menjelaskan sebab musabab Tono. Sembari mendengar Sani mengoceh, aku terus memperhatikan sekitar. Namun ia belum juga muncul.

“Menurutmu, Tono kenapa ya kira – kira ?”, aku berhasil memancing penasaran Sani untuk memikirkannya juga. “Laper ah”, aku langsung menyantap makanan yang ada di depan meja. Sementara Sani masih memainkan kuah bakso dengan alasan masih panas. Bagiku, makanan panas atau dingin adalah sebuah pilihan. Namun, lapar tidak bisa memilih mana panas dan dingin. Apalagi ditambah stres ganda gara – gara Tono dan Matematika.

Waktu istirahat berjalan sangat cepat. Ketika kawan – kawan kami di meja lain bercanda sembari menikmati waktu idaman para siswa, kami malah berdiam diri sembari semakin frustasi memikirkan Tono. Hingga bel masuk pun berbunyi. Aku memandang Sani yang masih dipenuhi dengan tanda tanya sembari memainkan peralatan makan. “Ayo”, aku menariknya untuk segera masuk kelas. Karena selepas ini adalah guru killer yang tak segan menghukum siswa yang terlambat masuk kelasnya.

Di tengah persimpangan, aku melihat seorang yang dari tadi aku cari. Aku pun menarik dengan keras tangan Sani yang berlari di depanku hingga ia terjungkal. “Apa”, teriaknya marah. Jari telunjukku langsung kuarahkan ke Tono yang berada di ujung lorong. “Ayo”, ajakku. “Kamu gila ?, jam guru killer bro”. Lebih baik penasaran terobati dari pada terkurung di jam killer. Aku memberi isyarat kepadanya untuk membuntuti Tono di belakangnya.

Lorong sekolah kami tergolong simpel. Tidak ada ornamen atau  pun hiasan yang dibanggakan. Langit – langitnya mungkin sudah bosan melihat anak sekolahan bertumbuh kembang di bawahnya. Dan apabila tuhan memberi tembok mulut, mungkin mereka akan mencaci maki murid yang sengaja menggambarinya. Sudah berkali – kali staff sekolahan melakukan pengecatan tembok tersebut, namun tangan – tangan jahil tetap meraba tembok yang selalu menderita.

“Kayaknya dia ke belakang sekolah”, Sani memicingkan mata ke kejauhan. Langkah jalan kami langsung berubah menjadi pelarian ketika Tono berlari meninggalkan kami. Mungkin ia sadar ada 2 manusia kepo yang membuntutinya, sekedar melihat rahasia besarnya. Benar saja, ia menghilang dibalik gang kelas menuju belakang sekolah.

Jangan membayangkan kondisi belakang sekolah kami ada lapangan yang luas, ditambah ada banyak pohon. Dan tak lupa banyak canda tawa terjadi disana kala upacara atau jam olahraga. Karena belakang sekolah kami hanyalah lorong gelap yang dibatasi oleh tembok tinggi. Batas dengan tanah milik penduduk. Entah karena aku terlalu lama menghayal atau memang telat, aku sudah melihat Tono terkapar tak sadarkan diri di lorong itu.

Lorong yang penuh sarang laba – laba ditambah kayu – kayu sisa pembangunan yang berserakan. Aku seolah masuk ke alam yang baru sementara Sani teringat dengan novel horor miliknya. Sempat teringat cerita – cerita konyol tak masuk akal tentang keganjilan lorong ini. Peduli amat. Gumamku mencoba menguatkan kaki – kaki yang bergetar. Sempat saling dorong antara aku dan Sani siapa yang akan menolong Tono. Berkat hukum gender, aku pun harus mengalah dan mendekati Tono. Namun, selagi aku mendekati Tonoi ia harus menyusun beragam alasan agar kita tidak berakhir konyol di ruang guru killer.

Aku langsung menggendong Tono meninggalkan lorong itu. Sempat terdengar suara – suara di kiri kanan. Aku pun berharap earphone melekat di telingaku agar tidak perlu mendengar omongan orang lain yang cenderung menjatuhkan dan menyesatkan. “Sudah punya ?”, ucapku sembari berjalan di samping Sani. Belum. Aku mengharapkan kekuatan gendernya berhasil mengumpulkan banyak alasan untuk melindungi kami bertiga. Tentunya dari keganjilan guru killer yang aku membayangkan sekarang tengah mencari 3 muridnya yang hilang di kelasnya.

Sesampainya di kelas, Tono langsung tersadar ketika balsam di oleskan di wajahnya. Ide ini milik Ridwan, anak terpandai di kelas kami. Kami pun beruntung guru killer tidak masuk hanya meninggalkan selembar tugas. Seperti sebuah kebiasaan, semua dibebankan ke Ridwan baik pemecahan lengkap dengan jawaban. Kami laksana mesin foto copy berjalan yang menunggu segala jawaban Ridwan. Satu kata yang langsung keluar dari mulut Tono, aku melihat hantu. Sontak seluruh kelas menjadi bergemuruh.

Gimana wajahnya ?, apa hantu itu ilmiah ?, ada tanda – tandanya nggak ?, beragam pertanyaan mulai menyerang Tono yang merasakan pedih di mata. Bukan karena tidak bisa menjawab pertanyaan, melainkan olesan balsam di pelupuk matanya terlalu banyak. Di kelas kami, hanya beberapa saja yang percaya hal – hal mistis. Sisanya selalu mengedepankan logika. Terutama Ridwan. “Ton, gimana bentuknya ?”, tidak berbentuk. “Ah masa, kata kakekku menyerupai manusia, bohong ya kamu”, kata teman di ujung ruangan. “Apa hantu memiliki bau atau aroma ?”, satu lagi pertanyaan konyol yang memaksa otak kami berpikir. “Ada baunya seperti jengkol”, ucap Tono singkat.

Mungkin ia baru saja makan jengkol atau bisa jadi hantu itu adalah hantu penunggu pohon jengkol. Salah seorang temanku membuat kesimpulan konyol. Mana ada pohon jengkol di belakang sekolah. Aku mencoba menyangkalnya. “Apa hantunya cantik ?”, pertanyaan lain yang membuat diskusi kali ini semakin menarik. Sebelum Tono menjawab aku langsung berkata, “Iya cantik banget kaya bintang film, baiknya lagi langsung saja lihat di lorong belakang sekolah”.

Begitulah kegeraman yang merasuki. Bagaimana bisa, seorang yang baru saja terkena musibah malah mendapatkan pertanyaan – pertanyaan konyol seputar eksistensi hantu. Dan aku yakin pasti sebagian temanku sudah menyalakan statusnya tentang hantu. Mungkin aku akan memukul temanku yang justru selfie di depan Tono yang masih belum tersadar sebelumnya. Beruntung tidak ada korban keganasan pukulanku. Aku pun semakin tidak peduli ketika banyak dari temanku yang berbondong – bondong ke belakang sekolah.

Sudah barang tentu mereka penasaran dengan apa yang tengah dialami Tono. Sementara teman lelakiku banyak membawa buku catatan. Dengan niatan untuk meminta tanda tangan dari artis yang akan ditemuinya. Mereka berharap hantu Michael Jackson akan muncul di lorong kumuh sekolah kami. Beberapa menit kemudian, aku mendengar kabar bahwa terjadi pingsan berjama’ah di belakang sana. Aku pun tidak peduli, cukup duduk sembari menyeruput es teh entah milik siapa. “Pasti mereka semua bau jengkol”, umpatku dalam hati.

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2018/01/04/ketika-tono-berjumpa-hantu/feed/ 0
PELANGI MASAKAMBING, MOZAIK PENGABDIAN DI PULAU TERDEPAN https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/29/pelangi-masakambing-mozaik-pengabdian-di-pulau-terdepan/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/29/pelangi-masakambing-mozaik-pengabdian-di-pulau-terdepan/#respond Fri, 29 Dec 2017 10:50:10 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1843 Oleh : Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok **

“Indonesia adalah negara kepulauan, maka bantu kami untuk menjaganya”, begitulah kata Susi Pudjiastuti ketika mengisi kuliah umum di Universitas Airlangga beberapa waktu yang lalu. Dengan banyaknya pulau yang dimiliki, praktis Indonesia memerlukan kontribusi nyata dari para pemudanya untuk memberdayakan pulau – pulaunya. Salah satunya adalah melalui Ekspedisi Nusantara Jaya 2017. Sebuah program dari Kementrian Koordinator Kemaritiman. Dengan tema utama adalah melakukan pengabdian di pulau – pulau yang tergolong 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar). Pada tahun 2017 ini, Universitas Airlangga mengutus 25 mahasiswa untuk mengikuti program tersebut, dan saya termasuk di dalamnya. Total ada 3 pulau yang tim ENJ Unair tuju, yaitu pulau Mandangin di kabupaten Sampang, serta pulau Masalembu dan Masakambing yang termasuk ke dalam kabupaten Sumenep.

Pengabdian tersebut kami lakukan selama hampir 3 minggu, dimulai pada tanggal 25 September hingga 14 Oktober 2017. Program – program yang kami jalankan selaras dengan misi SDGs (Sustainable Development Goals) tahun 2030. Dengan menitik beratkan pada pendidikan, sosial, dan ekonomi. Di bidang pendidikan, kami menggelar kelas inspirasi, kelas kejujuran, kelas kebangsaan, sampai rumah baca di segala tingkatan pendidikan. Sementara di bidang sosial, kami berkontribusi dalam pembentukan Karang Taruna hingga konservasi kakatua Jambul Kuning yang spesiesnya tinggal 24 ekor di seluruh dunia. Dan di bidang ekonomi, kami melakukan optimalisasi terhadap beragam potensi wisata dan hasil alam yang dimiliki. Guna diubah menjadi barang yang bernilai jual.

Banyak pengalaman yang saya dapatkan selama pengabdian di pulau Masakambing. Yang barangkali tidak akan ditemukan di bangku kuliah. Mulai dari merasakan sulitnya mendapatkan sinyal, listrik yang hanya ada beberapa jam setiap malam, sampai keseharian jalan kaki menembus belantara hutan pulau selama hampir satu jam. Dengan tujuan utama bertemu dengan anak – anak pulau, sembari terus menyalakan lilin harapan masa depan mereka. Keterbatasan bukan menjadi alasan utama untuk mereka terus berhenti tersenyum. Walaupun guru yang mereka miliki hanya dua, ditambah mereka harus rela bila 6 kelas diubah menjadi 2 kelas campuran.

Aku bersyukur, ketika momen sumpah pemuda tahun 2017 ini telah ku lalui dengan bangga. Karena telah membuat mozaik pengabdian di sebuah pulau terdepan, yaitu pulau Masakambing. Sebuah kekayaan negeri Pelangi, ibu pertiwi.

 

**

Biodata

Nama : Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok (Warga Desa Sendangagung Kec.Paciran Kab.Lamongan)
Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Airlangga
Keterangan : Peserta Ekspedisi Nusantara Jaya 2017

 

 

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/29/pelangi-masakambing-mozaik-pengabdian-di-pulau-terdepan/feed/ 0
KETAHANAN EKONOMI DI BALIK PRODUKSI BATIK SENDANG https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/21/ketahanan-ekonomi-di-balik-produksi-batik-sendang/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/21/ketahanan-ekonomi-di-balik-produksi-batik-sendang/#respond Thu, 21 Dec 2017 04:17:09 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1837

                    Foto : wartabuana.com

Sifwatir Rif’ah, SE, MM*

 Minggu Ceria (mince) di Alon-alon Kota Lamongan pada awal Desember 2017 lalu menampilkan 100 pembatik dari Sendang. Ini lebih dari sekedar parade kebudayaan yang disuguhkan kepada masyarakat luas dari desa kelahiran, sebab sebagai akademisi yang setiap hari terlibat dalam proses belajar dan mengajar tentang ilmu ekonomi di kampus, peristiwa tersebut sekaligus menjelaskan guliran ekonomi dari proses produksi Batik Sendang Lamongan. Proses produksi batik yang sepintas seperti kegiatan ekonomi normal pada umumnya, ternyata di dalamnya mengandung kekuatan pertahanan ekonomi masyarakat yang melekat. Pantas saja, meski industri kerajinan perhiasan emas yang menjadi primadona di desa Sendang selama bertahun-tahun lalu terpuruk pada krisis moneter sebelum tahun 2000, kesehatan ekonomi masyarakat tetap bertahan dan salah satunya berkat proses produksi batik yang menciptakan imunitas.

Daya tahan ekonomi masyarakat yang tumbuh dari kegiatan proses produksi batik ini secara alamiah tercipta dari system produksi berantai yang sudah berlangsung sejak zaman kakek buyut pendahulu. Kekuatan pertahanan ekonomi itu terus menguat justru karena proses produksi batik masih mempertahankan pola tradisi lama dari rumah ke rumah para pihak terkait. Hal itu karena untuk menghasilkan satu lembar kain batik tulis diperlukan sentuhan terampil beberapa ahli mulai dari memroses kain agar siap dibatik, menggores pola di rumah tukang blat, pengisian di rumah pembatik, pewarnaan di rumah tukang warna, seterusnya hingga penyelesaian akhir sampai penjualan di rumah saudagar, rumah butik, showroom, dan trader independen yang tersebar di pasar-pasar sekitar. Semua proses dari hulu sampai hilir tersebut tidak dikerjakan di satu tempat tertentu atau satu titik workshop karena  kegiatan membatik di Sendang bukanlah aktivitas pabrikan tapi mayoritas adalah kegiatan ‘indoor’ yang dikerjakan sambil melaksanakan tugas kerumahtanggaan.

Proses hingga menjadi sebuah batik dari A to Z seperti ini menciptakan rantai kerja sama antar anggota masyarakat mulai dari pedagang penyedia keperluan batik seperti kain polos, malam atau lilin, canting, pewarna dan lainnya, kemudian para pembatik dan pekerja terkait lain hingga saudagar atau trader yang meneruskan produk kepada pembeli. Mekanisme ini pula yang kemudian membentuk masyarakat batik turun temurun dari generasi ke generasi. Seorang saudagar batik hari ini biasanya masih keluarga saudagar (trader) generasi sebelumnya. Demikian juga seorang ahli pewarnaan batik, seorang pembatik, seorang ahli pola juga berasal dari keluarga yang menekuni keahlian serupa. Benar, bahwa belakangan lahir pelaku ‘start up’ dan ahli-ahli lain yang berproses dari generasi terbarukan. Semua berproses secara alamiah namun tidak sedikit juga yang yang berporos pada modalitas sebelumnya.

Gambaran proses produksi tersebut oleh para ahli dinamakan ‘the unique of home industry’ ketika dari rumah-rumah penduduk menghasilkan suatu komponen atau satu produk tertentu dan baru menjadi produk utuh ketika disambungkan. Ini sedikit berbeda dengan kampung industri di Jepang atau di Kabupaten Tegal Jawa Tengah yang memproduksi mur, baut dan komponen kebutuhan otomotif lainnya. Di Sendang hampir semua rumah mengeluarkan hasil produksi antara lain bordir busana-hijab, perhiasan emas-perak, dan tentu saja batik. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, keadaan rumah-rumah di Sendang terkenal sebagai kampung industri hingga sehari-hari seperti sedang digelar orchestra dari deru bunyi mesin dan hentakan palu dari pagi hingga malam hari. Di bagian depan atau samping rumah biasanya ada besali tempat para pemuda dan bapak-bapak merajin perhiasan emas-perak, di sisi lainnya para pemudi menjahit atau membordir jilbab-busana dan di bagian belakang atau dapur umumnya ibu-ibu dan nenek-nenek sibuk membatik.

Pada masa itu, anak-anak juga belajar menjadi bagian dari kampung industri ini sepulang sekolah sebelum berangkat mengaji di sore hari. Antara lain ada yang di pembuatan dompet untuk padang emas. Ada juga yang mulai belajar menjadi perajin emas dan penjahit. Namun bersamaan dengan kemajuan teknologi industry, kerajinan emas penduduk digantikan mesin selep lalu harga tidak stabil hingga banyak toko emas yang tutup diikuti usaha dompet. Jahit dan bordir busana-jilbab juga mengalami pergeseran setelah datang mesin-mesin bordir berkomputer. Yang justru naik daun adalah industri batik tulis, batik cap dan kain printing motif khas batik Sendang.  Boleh dikatakan industri batik mendapatkan limpahan keberkahan atau ‘blessing’ dari masa gelap resesi ekonomi. Pada saat tenaga kerja sektor lain lepas, industri batik seolah menjadi jaring pengaman setia. Tidak sedikit tangan-tangan terampil pengrajin perhiasan emas harus beralih ke sawah menjadi buruh tani, ke laut menjadi nelayan dadakan dan ada juga yang beralih ke industri jilbab dan batik.

Pada industri batik akhirnya sebagian tergiring. Pemuda dan pemudi beramai-ramai terjun menjadi bagian dari  mata rantai proses produksi yang memang membutuhkan banyak bidang keahlian. Mereka berproses hingga tidak saja bergelut dalam proses produksi namun tidak sedikit yang akhirnya terjun menjadi pedagang.

Meski saat ini sudah berkembang pesat, Batik Sendang belum juga dikerjakan secara pabrikan di satu tempat mulai dari persiapan awal hingga selesai hingga pemasarannya seperti di Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Bahkan dalam sejarah batik di Lasem pada masa kolonial Hindia- Belanda  banyak berdiri pabrik-pabrik batik tulis dengan ratusan tenaga kerja. Mereka bekerja sebagaimana pekerja pabrik umumnya dengan jam kerja dan pembagian kerja dari hulu hingga hilir dan hasil produksinya diketahui tersebar hingga ke mancanusa dan mancanegara. Proses pembuatan Batik Sendang Lamongan tidak mengikuti pola pabrikan justru bertahan dan menjadi pahlawan penyelamat ekonomi masyarakat dengan cara bertahan dalam pola tradisinya. Proses produksi Batik Sendang makin menunjukkan otensitasya dengan menjadi industri ‘rumahan’. Hal ini diyakini justru dapat menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat sebagai dampak positif sebaran pembagian kerja.

Perjalanan panjang proses produksi demikian ini juga secara bersamaan menjadi pembasmi efektif atas monopoli atau dominasi pihak yang tumbuh kuat sendiri atau dikuatkan oleh situasi. Sampai hari ini proses produksi masih seperti doeloe: Kain putih polos dan berbagai jenis kebutuhan terkait sepeti lilin/malam disediakan di beberapa rumah toko yang juga bertumbuhan. Kain disiapkan kemudian dibawa ke rumah tukang blat, lalu dibatik di rumah tukang batik. Selanjutya diwarnai di rumah tukang warna hingga kain putih menjadi batik tulis yang siap dipasarkan.

Untuk pemasaran umumnya ada tiga model. Pertama, batik dibuat berdasarkan pesanan ‘user’ langsung kepada pembatik. Seorang pembatik kemudian mencari kain yang sesuai dengan pesanan ke rumah toko kain dan peralatan batik, kemudian dibawa ke tukang blat seterusnya hingga selesai. Kain batik kemudian langsung diserahkan kepada pemesan atau ‘user’. Kedua, saudagar batik yang biasanya memiliki banyak tukang batik menyerahkan pekerjaan pembatian berbagai jenis, setelah selesai disetorkan kembali ke saudagar untuk dimasukkan ke ‘showroom’ di rumahnya atau rumah butiknya. Ketiga, para pembatik mengerjakan batik tidak berdasarkan order, kemudian setorkan kepada pedagang (trader) yang mengepul (folder) atau ditawarkan langsung kepada pembeli atau dilepas ke pedagang di pasar.

Tiga pola alur pemasaran tradisional tersebut kini bertambah lagi dengan model pemasaran online yang sedang marak. Seorang pembatik dapat menjual langsung hasil kerajinannya secara online, demikian juga saudagar dan pedagang selain membuka ‘showroom’ untuk ‘direct selling’ secara ‘offline’ juga membuka pemasaran online.

Demikianlah proses produksi dan pemasaran Batik Sendang Lamongan ini berlangsung melalui mata rantai industri dari rumah ke rumah sehingga dapat dikatakan bahwa satu lembar batik merupakan produk berjamaah para tangan terampil yang bahu membahu dari pintu ke pintu rumah produksi masyarakat. Pola ini terbukti menumbuhkan ketahanan ekonomi masyarakat dan berhasil mereduksi munculnya monopoli dan dominasi satu pihak sehingga terjadi distribusi pekerjaan yang menguntungkan banyak kalangan. Batik Sendang Lamongan tidak saja pantas diparadekan sebagai sebuah produk budaya luhur tetapi harus dikuatkan oleh Pemerintah Daerah karena di dalamnya mengandung kekuatan ketahanan ekonomi masyarakat.

*Penulis adalah dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/21/ketahanan-ekonomi-di-balik-produksi-batik-sendang/feed/ 0
Bila Alam Berbahasa** https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/20/bila-alam-berbahasa/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/20/bila-alam-berbahasa/#respond Wed, 20 Dec 2017 11:48:41 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1833

Pendar bulan tak seindah senyummu

Meski berpelangi, tiada cerah warna warni

Hangat kasihmu buatku merindu

Pada seni indah diam dalam diri

 

Tiada kutemukan kata paling purna

Tuk gambarkan  keanggunan jiwamu

Hanya gemuruh hasrat dalam do’a

Melatunkan paras elok batinmu

 

Binar mata yang membuka cakrawala

Penuh harapan akan masa depan

Ingatkanku pada aksara yang rumpang

Tentang gelar panjang arti keikhlasan

 

Kata-katamu meneduhkan

Suaramu menyejukkan

Seraya bahasa alam

Mengalir dan meneguhkan

 

Bagai berlian dalam cawan

Kilaumu tak terelakkan

Mengerjap dalam bayangan

Nan jauh dari sentuhan

 

Belum pernah alam jatuhkanku secepat ini

Pada rasa yang tak pernah ku mengerti

Kegilaan yang menjadi-jadi

Tanpa bisa kupahami

 

Tetapi kamu tetaplah kamu

Dan aku hanya kan jadi aku

Bersahaja, tak sepertimu luar biasa

Yang hanya mampu kurengkuh dalam do’a

** EVy Nur Laila

 

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/12/20/bila-alam-berbahasa/feed/ 0
Praktikum Mapel SBK, MIM 06 Brondong Outing Class Membatik di Sendangagung https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/09/praktikum-mapel-sbk-mim-06-brondong-outing-class-membatik-di-sendangagung/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/09/praktikum-mapel-sbk-mim-06-brondong-outing-class-membatik-di-sendangagung/#respond Thu, 09 Nov 2017 03:36:09 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1820

Dwi Agus Wajid, S.Pd selaku guru pendamping MIM 06 Brondong saat menyampaikan sambutan di depan siswa dan BUMDES SaM

Sendangagung– Dengan didampingi 1 guru pendamping dan 4 perwakilan paguyuban ibu wali murid, sebanyak 34 Siswa Kelas 6 MIM 06 Brondong- Lamongan Kamis pagi ini (09/11/2017) kegiatan outing class membatik di Desa Sendangagung.

Dalam sambutannya Dwi Agus Wajid, S.Pd selaku guru pendamping menyampaikan bahwa kegiatan outing class ini memang berkaitan dengan materi membatik di mata pelajaran SBK pada semester ganjil dan berharap kegiatan ini dapat bermanfaat bagi siswa, jika tidak bisa menjadi pengusaha batik paling minim mampu menjadi pembatik sebagaimana yang disampaikan Direktur BUMDES SaM Luthfi Yuhandi dalam sambutannnya.

“Kegiatan diluar kelas hari ini memang berkaitan dengan mata pelajaran SBK yang kebetulan semester ganjil ini masuk materi membatik, dan berharap bermanfaat untuk siswa  “ tukasnya saat memberikan sambutan.

Sekdes Iswandi memberikan sambutan atas nama Pemerintah Desa Sendangagung mewakili Kepala Desa yang berhalangan hadir

Sekdes Iswandi dalam sambutannya mewakili Kepala desa menyampaikan sangat berterimkasih atas kehadiran siswa MIM 06 Brondong untuk belajar membatik, semoga dapat bermanfaat dalam mempelajari membatik pada pelajaran SBK.

“ Saya atas nama Pemerintah Desa Sendangagung menyampaikan terimakasih atas kehadiran siswa MIM 06 Brondong untuk belajar membatik di Desa Sendangagung yang mempunyai keunikan Desa Pengrajin Batik”Sambutnya mewakili Kepala Desa.

Direktur BUMDES SaM, Luthfi Yuhandi saat memberikan sambutan selamat datang pada siswa MIM 06 Brondong yang akan outing class membatik

Pada sesi materi membatik, Sekretaris BUMDES SaM Mahmud Junaidi menyampikan beberapa teori membatik dengan diselingi beberapa joki segar membuat para siswa ger-geran dan rileks.

Salah satu Siswi MIM 06 Brondong yang sedang Praktikum membatik didampingi pengrajin batik

Pukul 09.24 wib dilanjutkan menuju lokasi pembatik untuk melihat secara langsung proses membatik sekaligus praktikum membatik. Dengan didampingi dari BUMDES, siswa, guru dan paguyuban ibu wali murid berjalan menuju lokasi pembatik sekitar 500 meter timur Balai Desa.

Meski agak ketakutan karena panasnya lilin yang ada dicanting, siswa tetap membatik dengan pendampingan oleh pembatik

Di Lokasi ,para siswa satu persatu saling bergantian praktikum membatik diselembar kain yang sudah disediakan.

Zuwanto, saat menjelaskan cara merawat batik agar tetap awet dan tidak pudar

Disela-sela praktikum, Zuwanto memberikan penjelasan pada guru pendamping dan Ibu wali murid yang sedang menanyakan cara merawat batik tulis agar tetap awet sambil memperlihatkan batik yang sedang diangin-anginkan di lokasi praktikum. “ agar batik tetap awet, jika menjemur kain/baju batik tulis jangan dijemur dibawah terik matahari langsung, cukup diangin-anginkan agar warna tidak pudar” ungkapnya.

Mahmud Junaidi (kiri) berakos BUMDES menjelaskan keunggulan batik tulis pada guru pendamping dan paguyuban ibu wali murid MIM 06 Brondong

Disaat yang sama, Mahmud Junaidi pun menyampikan beberapa keunggulan batik tulis dan batik cap yang ada di Sendangagung dibanding dengan batik print.

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/09/praktikum-mapel-sbk-mim-06-brondong-outing-class-membatik-di-sendangagung/feed/ 0
BPJS Kesehatan Lamongan Sosialisasi di Balai Desa Sendangagung https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/01/bpjs-kesehatan-lamongan-sosialisasi-di-balai-desa-sendangagung/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/01/bpjs-kesehatan-lamongan-sosialisasi-di-balai-desa-sendangagung/#respond Wed, 01 Nov 2017 09:19:06 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1813 WhatsApp Image 2017-11-01 at 15.46.55(1)Sendangagung – BPJS Kesehatan Lamongan mengadakan Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) kepada warga masyarakat Sendangagung , Rabu (01/11) bertempat di Balaidesa Sendangagung.

WhatsApp Image 2017-11-01 at 15.45.36Kepala Desa Sendangagung, Panut Supodo mengatakan, sosialisasi ini dilakukan pada semua lapisan masyarakat, karena mereka sangat membutuhkan.

“Dalam hal ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak BPJS Lamongan dan warga yang telah menyempatkan waktunya, terutama atas keesediaannya ikut mendaftar. Kita semua tahu bahwa biaya berobat di rumah sakit itu tinggi. Apalagi bagi kalangan bawah. Maka dengan menjadi peserta JKN KIS akan sangat terbantu dan teringankan. Semoga program ini nanti bermanfaat bagi warga, meskipun semua orang tidak menghendaki sakit, ” ungkapnya.

WhatsApp Image 2017-11-01 at 15.46.55Petugas BPJS Lamongan Roaida mengatakan warga Sendangagung menyambut baik atas sosialisasi BPJS.

“Rata-rata warga Sendangagung yang daftar menyambut baik diadakannya sosialisasi tentang kepesertaan BPJS dan pendaftaran sebagai anggota BPJS mandiri di Balai Desa Sendangagung ini.” jelasnya.

WhatsApp Image 2017-11-01 at 15.47.03Dengan sosialisasi program ini, warga Sendangagung yang daftar ada kurang lebih 10 kepala keluarga dengan jumlah 40 orang.

“Merata yang daftar, hampir setiap RW ada. Tidak didominasi satu RW saja. RW 01,02,03,04 ada. Kurang lebih ada sekitar 40 jiwa yg mendaftar. Rata-rata memilih kelas dua,” ungkap Slamet Wahyono.

Setelah warga mendaftar akan mendapat kartu KIS yang ditujukan ke alamat rumah masing-masing pendaftar melalui kantor pos. Untuk pembayaran selanjutnya bisa dilakukan oleh pendaftar di loket pembayaran BPJS terdekat. (Aidi)

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/11/01/bpjs-kesehatan-lamongan-sosialisasi-di-balai-desa-sendangagung/feed/ 0
Outing Class Batik MI Tarbiyatul Banat https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/26/outing-class-batik-mi-tarbiyatul-banat/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/26/outing-class-batik-mi-tarbiyatul-banat/#respond Thu, 26 Oct 2017 03:33:29 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1806 WhatsApp Image 2017-10-26 at 10.07.03Lamongan-Batik Sendangagung yang sudah cukup dikenal menjadi daya tarik bagi berbagai kalangan, salah satunya dari para siswi MI Tarbiyatul Banat Simo Sungelebak, Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan. Sekitar 110 siswi ini rela datang ke Desa Sendangagung (9/10/2017) untuk belajar pembuatan batik secara langsung ke para pengrajin batik. Meski masih anak anak, rasa ingin tahu meraka akan batik cukup tinggi. Berbagai pertanyaan terlontar pada 6 pengrajin batik yang bertugas sebagai tutor. (eswe)

WhatsApp Image 2017-10-26 at 10.07.04

 

WhatsApp Image 2017-10-26 at 10.07.02

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/26/outing-class-batik-mi-tarbiyatul-banat/feed/ 0
Outing batik dari SDIT Ala Bashiroh https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/outing-batik-dari-sdit-ala-bashiroh/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/outing-batik-dari-sdit-ala-bashiroh/#respond Sun, 22 Oct 2017 04:34:56 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1798 WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.58.05LAMONGAN- Setelah seminggu yang lalu menerima kunjungan dari MI Banin Banat, Lamongan. Kali ini (21/10) Bumdesa SaM (Sendangagung Makmur) menerima kunjungan dari SDIT Ala Bashiroh Guyangan – Sekarbagus- Sugio Lamongan. Rombongan sebanyak kurang lebih 40 orang terdiri dari 33 siswa dan lainnya guru. Rombongan dipimpin Kepala Sekolah, Bapak Ahmad Syaikhul Umam. Rombongan tiba di balai desa Sendangagung kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada pukul 08.30 WIB.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.58.07Acara dimulai dengan ceremonial yang dipandu oleh Daffa. Diajak berdoa, menyanyi tepuk tangan penuh riang gembira. Dilanjut sambutan ketua Bumdesa SaM.

Dalam sambutannya Luthfi mengatakan bahwa peserta outing batik akan langsung praktek membatik bersama tim dari Bumdes setempat. “Nanti adik-adik akan diajari mendesain batik, mewarnai batik dan nanti juga ada prakteknya. Hasil batik adik-adik nanti langsung bisa dibawa pulang,” kata Luthfi Yuhandi, ketua Bumdesa SaM Desa Sendangagung.

Sementara itu Kepala Sekolah SDIT menyampaikan bahwa kegiatan ini memang tidak terduga.

“Tiap tahun kami selalu ada kunjungan, kemarin rencana berkunjung ke panti asuhan ternyata bareng sama kegiatan Cak Nun. Kami ganti konsep, beberapa guru kami beri tugas untuk mencari lokasi kunjungan batik, nah ketemu bapak Luthfi di media. Akhirnya kami datang ke Desa Sendangagung Paciran Lamongan ini,” ungkapnya.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.58.14Bapak Iswandi, Sekretaris Desa Sendangagung dalam sambutannya berharap agar nanti bisa dipraktekkan di SDIT Ala Bashiroh. ”Harapan kami semoga Ustadz-Ustadzah yg ikut mendampingi siswa bisa membatik begitu juga dengan dan adik-adik ini. Pulang harus bisa membatik, nanti bisa minta bantuan kami. Insyaallah kami siap mendampingi,” ungkapnya.

Setelah acara sambutan usai. Peserta mendapatkan materi tentang cara mendesain batik yang dipandu oleh Kak Juna. Sekretaris Bumdesa SaM. Tampak anak-anak antusias sekali. Apalagi dengan pembawaan suasana yang menyenangkan. Ada beberapa siswa yang berani ke depan mendesain batik, dan langsung mendapatkan hadiah dari Kak Juna.

“Wah anak-anak SDIT Ala Bashiroh punya bakat untuk menggambar, ini harus diberi motivasi, ” katanya.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.58.12Setelah acara ceremonial usai, peserta kunjungan dari SDIT Ala Bashiroh diajak tim Bumdesa menuju lokasi belajar membatik, di lantai dua balai desa Sendangagung. Peserta belajar membatik. Satu persatu dari 33 siswa, melukis kain putih dengan canting. Ada yang menggambar bunga, daun, garis lengkung dan masih banyak kreasi lain. Meski ini kali pertama bagi anak-anak, dan grogi serta gugup saat memegang canting. Tampak berbakat semua adik-adik dari SDIT Ala Bashiroh. Nah setelah para siswa dan beberapa guru ikut belajar membatik, semua peserta diajak ke rumah Fathur Rohim, pengurus Bumdesa Sendangagung yang juga seorang pengrajin batik tulis setempat. Semua berjalan.

“Waduh jalannya naik ya. Kalau saya naik sepeda motor lewat sini. Saya nggak berani mas, ” kata salah satu Ustadzah.

Memang jalan di Sendangagung itu naik turun. Bagi yang belum pernah datang ke desa ini. Akan kaget.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.58.09Akhirnya sampai dech. Di rumah Fathur Rohim. Semua naik ke lantai dua. Di sana ada banyak bak yang berisi air. Dan bentangan kain batik yang dijemur. Ayo kita foto-foto. Kang Fathur mulai memakai sarung tangan. Meramu cairan pewarna, mengaduk-aduk, menggulung kain dan kini menjadi warna yang elok. Goresan tangan anak-anak terlihat jelas menawan.

Proses pewarnaan di rumah Kang Fathur sudah selesai. Kembali ke balai desa Sendangagung, ramah tamah dan pemberian cinderamata serta batik hasil lukisan anak-anak. Bagi Anda yang ingin belajar batik, cukup datanglah ke desa Sendangagung kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. (aidi)

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/outing-batik-dari-sdit-ala-bashiroh/feed/ 0
KARANG TARUNA AJAK WARGA SENAM PAGI https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/karang-taruna-ajak-warga-senam-pagi/ https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/karang-taruna-ajak-warga-senam-pagi/#respond Sun, 22 Oct 2017 04:26:15 +0000 https://sendangagung-lamongan.desa.id/?p=1791 WhatsApp Image 2017-10-22 at 11.00.14

LAMONGAN– Karang Taruna Dusun Mejero Desa Sendangagung Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan menggelar senam bersama di lapangan balai dusun Mejero, Jumat (20/10/2017). Acara ini dimulai pukul 05.50 WIB dan dipimpin oleh Umi Sholikhah, Instruktur Senam dari Desa Blimbing Kecamatan Paciran. Ini merupakan salah satu program kerja karang taruna bidang departemen olahraga dan kesenian.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 11.00.19Setelah info disebar melalui medsos Facebook karang taruna, dari grup whatsaap satu ke grup yang lain. Acara ini mendapat respon luar biasa dari masyarakat, mayoritas yang ikut senam Ibu-Ibu warga dan remaja dusun Mejero Desa Sendangagung. Ini kali kedua program karang taruna mejero setelah dilantik pada agustus lalu.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 11.00.17(1)“Kami ingin menumbuhkan semangat masyarakat dusun Mejero dalam berolahraga, selama ini olahraga mayoritas dilakukan para pemuda, dengan diadakan senam bersama ini, semoga seluruh lapisan warga khususnya para ibu-ibu rumah tangga bisa ikut aktif olahraga,” ungkap Maizil Khadafi. Ketua Karang Taruna Dusun Mejero.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 11.00.12Senam ini akan menjadi program rutin bulanan karang taruna Dusun Mejero. “Rencana akan diadakan satu bulan sekali, dan harapan kedepannya instruktur akan diambilkan dari perwakilan RT sedusun Mejero Desa Sendangagung, “ sambung Maizil.

WhatsApp Image 2017-10-22 at 10.59.16Dalam kesempatan yang sama, Umi Sholikhah selaku instruktur senam ini mengungkapkan harapan besar dan motivasi bagi ibu-ibu dan warga Sendangagung. Menurutnya, acara ini adalah gebrakan baru karang taruna, mengajak warga untuk hidup sehat.

“Semoga bisa rutin tiap bulan dan bisa mengajak warga Sendangagung tidak hanya ibu-ibu atau perempuan saja, “ kata Umi Sholikhah. (aidi)

]]>
https://sendangagung-lamongan.desa.id/2017/10/22/karang-taruna-ajak-warga-senam-pagi/feed/ 0